Aku belum pernah bilang ya, kalo aku suka banget ama
Jepang? Sekarang aku confess deh, aku suka BANGET ama Negara yang satu ini!
(semoga suatu saat nanti aku punya kesempatan untuk ke sana, aamiin)
Nah,
karena rasa cintaku yang begitu besar ini (ceileh), aku langsung ambil buku
“JAPAN Aftershock” yang dikarang oleh Hani Yamashita & Junanto Herdiawan
ini begitu aku melihatnya.
Buku
ini tuh bercerita tentang Jepang sebelum dan sesudah tsunami 11 Maret 2011.
Saat membaca buku ini tuh rasanya campur aduk, ada terharunya, senengnya,
salutnya, dan pasti ada sedihnya. Terharunya tuh waktu tau bagaimana cara
pandang rakyat Jepang terhadap musibah ini dan bagaimana mereka mencoba bangkit
bersama-sama. Sedihnya, waktu tau kronologi kejadian, salutnya sama preparation mereka dalam menghadapi
bencana. Dan senengnya tuh kita dapat banyak pelajaran yang sanga berharga dari
Negeri Sakura tersebut. Salah banyaknya (bukan salah satu :P) ini:
- Semangat juang rakyat Jepang yang tinggi dan mental mereka yang disiplin dan tahan banting. Di buku ini diceritakan mereka tuh jarang mengeluh dan selalu berusaha untuk menyemangati diri sendiri dan orang-orang disekitar mereka. Mereka selalu berpikiran untuk melakukan yang terbaik dan terbaik lagi. Cara pandang mereka dalam menghadai permasalahan itu sangat menginspirasi saya untuk tidak mudah mengeluh dan segera mencari solusi agar permasalahan tadi tidak menjadi masalah bagi saya.
- Solidaritas rakyat Jepang yang patut diacungi jempol. Dalam keadaan kalut setelah bencana, mereka maul oh, tetap antre dalam hal apapun dan tidak ada penyerobotan. Tidak ada penjarahan, tidak ada keluhan saat mereka harus mengalami pemadaman bergilir karena reactor nuklir mereka bermasalah pascagempa. Mereka malah dengan kesadaran dan menjunjung solidaritas melakukan penghematan untuk keperluan bersama. Membeli makanan pun (karena juga krisis makanan pascagempa) secukupnya dengan pemikiran “siapa tahu ada yang lebih membutuhkan” mulia sekali.... aku jadi ingat cerita dosenku waktu dia studi di Jepang, warung atau resto di Jepang itu, kalo makanannya waktu dicicipi oleh chef nya nggak enak, mereka rela kok nggak menjualnya, dan bilang “maaf, restoran kami tutup”. Mereka sangat menghargai konsumen, beda sama yang sering kita liat di tivi, ini dicampur borax lah, itu ada formalin lah, kebanyakan pengawetlah, ini lah itulah, dan herannya TETAP DIJUAL! Kontras…
- Kemandirian mereka! Pascabencana, mereka langsung berinisiatif untuk bangkit dan menata kehidupan kambali. Mereka saling membantu loh pemirsa, tidak mengeluh dan berpangku tangan menunggu bantuan pemerintah, apalagi ngember ke media… kaya negara ….
- Cara media memandang sebuah bencana. Media memandang bencana tuh gimana ya, ya udah terjadi, ya udah, mau gimana lagi, gak usah berlarut-larut dalam kesedihan, cepat bangkit dan memulai Jepang yang baru! Di Jepang, media dalam menyiarkan berita itu ada etikanya, yang diliput adalah hal-hal yang bersifat menyemangati, seperti gotong-royong antar korban dan relawan, bukan mayat-mayat yang bergelimpangan. Yang diputar dalam liputan itu juga lagu-lagu yang menyemangati, bukan lagu sedih yang membuat kita seperti kehilangan harapan. Dan para korban menggunakan media untuk memberitahu keluarganya kalo dia slamat, supaya mereka tidak cemas, dan memberitahukan dimana mereka bisa menemuinya.
- Persiapan bencana. Amazing sekali cara pemerintah dan rakyat Jepang mengantisipasi segala hal buruk yang mungkin terjadi. Sampai hal kecil sekalipun! Salut! Disana anak TK pun sudah harus tahu bahwa Negara mereka sewaktu-waktu bisa saja terjadi gempa, dan dilatih bagaimana menyikapinya, apa yang harus dilkukan, dimana harus berkumpul, apa yang harus dibawa. Dan lagi, setiap orang jepang punya sandal dibawah kasurnya, untuk jaga2 kalo waktu gempa malam hari, ada serpihan-serpihan kaca yang berhamburan, mereka punya sandal bersih yang dapat mereka gunakan.
- Pemerintah. Salah satu hal yang saya kagumi adalah ketika pimpinan TEPCO (reactor nuklir yang bocor), melakukan kunjungan ke para korban di pengungsian. Dia membungkuk dan duduk dihadapan para korban, mendengar segala keluhan dan makian (tanpa membalas!), sebelum dia membungkuk dan minta maaf. “saya mengerti. Maafkan saya. Saya berjanji akan memperbaikinya secepat mungkin.” Dan selang beberapa waktu, dia akhirnya mengundurkan diri karena merasa bersalah atas ketidak becusannya yang mengakibatkan nuklit tersebut bocor. Beda sekali ya sama … yang bocor dan udah bertahun-tahun gak jelas juntrungnya kemana.
Pokoknya banyak banget yang bisa kita ambil dari
mereka! Salut banget! Mereka tuh menginspirasi saya untuk tidak mudah menyerah
dalam keadaan apapun. Ganbarou Nippon! Ganbarou Nipponjin!