Title: Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Author: tere-liye
Pages: 426
Ini
novel pertama dari tere-liye yang aku baca. Sebuah novel yang luar biasa dan
membuat kita berpikir bahwa dalam kehidupan ini, semua orang dan semua kejadian
saling berkaitan atau berakibat satu sama lain, semuanya dihubungkn oleh
link-link yang sudah ditakdirkan oleh keadilan langit. Melalui novel ini, aku
menyadari bahwa di dunia ini memang ada keadilan, dan aku mulai melihat kembali
hal-hal yang terjadi dalam kehidupanku, menganalisa apa akibatnya untuk diriku,
dan menduga-duga apa yang hal ni sebabkan di kehidupan orang lain. Tak pelak,
analisa atau pemikiran semacam ini membuat kita menjadi lebih bijak dan ikhlas
dalam menjalani setiap kejadian dalam hidup ini.
THE SIMILAR BOOK J
Sebelumnya,
aku juga sempat membaca karya William P. Young yang berjudul The Shack. Kisah
ini juga hampir mirip dengan yang ada di The Shack. Keduanya sama-sama berkisah
tentang bagaimana manusia mempertanyakan keadilan Tuhan, setelah kejadian
mengerikan yang menimpa mereka. Bedanya, di The Shack, ceritanya berkisah
tentang ayah yang kehilangan putri kesayangannya yang tewas terbunuh. Dia
merasa sangat kehilangan sehingga dia berpikir bahwa hidup ini tidak adil. Di
Rembulan Tenggelam di Wajahmu, ini mengisahkan kehidupan seseorang yang di
flash-back, yang selama hidupnya dia mempertanyakan keadilan Tuhan. Perbedaan
lain antara keduanya novel tersebut adalah di The Shack, hanya bercerita
tentang satu potong kejadian yang akhirnya ber-impact ke tokohnya, dan ini
lebih ke ‘penyembuhan’ dan banyak membahas tentang psikologis dan teologi. Di
RTW (Rembulan Tenggelam di Wajahmu), ini bercerita tentang a whole life of the
main character, jadi tentang bagaimana kejadian-kejadian dalam hidupnya saling
berhubungan satu sama lain. Sungguh menakjubkan! Berbeda dari The Shack yang
banyak membahas tentang teologi dan psikologi, RTW membahas setiap kehidupan
lebih ‘real’, bagaiman manusia saling berhubungan satu sama lain.
Nah,
sisi persamaannya, kedua orang yang mempertanyakan keadilan ini, disadarkan
oleh sesuatu yang Ghaib atau perjalanan batin yang jarang dialami orang awam.
Di The Shack, tokoh utama bertemu dan bercengkerama dengan Tuhan melalui tiga
wujudnya, dan di pertemuan tersebutdia merubah seluruh prasangkany tentang
Tuhan dan melalui pengalaman-pengalaman tersebut dia menyembuhkan atau
memulihkan luka di hatinya. Di dalam RTW, sang tokoh utama disadarkan melalui
flash-back kehidupannya yang ketika rahasia langit dibuka di depan matanya, dia
dikejutkan oleh kenyataan bahwa segala hal yang terjadi sepanjang hidupnya,
saling berhubungan atau berakibat satu sama lain, yang sebelumnya tidak dia
ketahui. Dalam ‘perjalanan kembali’ tersebut, si tokoh utama ditemani oleh
sesosok atau seseorang yang disebut ‘orang berwajah menyenangkan’ yang saya interpretasikan
sebagai ‘malaikat’.
Persamaan
kedua, kedua tokoh tersebut sama-sama tidak mempercayai adanya Tuhan atau
keadilan. Mungkin dikarenakan masa lalu yang mereka miliki sama-sama suram dan
mereka tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan dikarenakan masa lalu.
Di The Shack, si pemeran utama trauma karena memiliki ayah yang ‘agamis’ tetapi
dalam kenyataannya dia suka minum dan main tangan terhadap istri dan anaknya.
Hal inilah yang akhirnya memicu kemarahan si tokoh terhadap agama dan Tuhan. Di
RTW, trauma itu muncul dalam sesosok penjaga panti yang agamis juga tapi pada
kenyataannya sangat kejam terhadap istri dan anak-anak panti yang diasuhnya.
Hal ini membuat trauma si tokoh utama sehingga dia tidak percaya akan agam dan
Tuhan. Akan tetapi, kemarahan tersebut terbayar ketika si tokoh utama dalam The
Shack bertemu ayahnya dalam ‘perjalanan ghaib’nya dan memaafkannya. Begitupun
si tokoh dalam RTW, dengan mengetahui hal yang dilakukan oleh si penjaga panti
untuknya, yaitu mengorbankan uang untuk naik hajinya demi membayar pengobatan
si tokoh utama (yang baru dia ketahui
ketika melakukan ‘perjalanan ghaib’), si tokoh utama mengikhlaskan apa
yang terjadi dalam kehidupannya.
Satu
lagi yang menurut saya menarik untuk dibahas, adalah kedua tokoh tersebut
sama-sama mempunyai tempat traumatis, dan untuk menyembuhkan trauma mereka,
semua harus berawal dari yang paling menyakitkan. Bagi si tokoh dalam The
Shack, tempat traumatis tersebut adalah sebuah gubuk dimana mayat putrid
kesayangannya ditemukan. Dan bagi tokoh dalam RTW, tempat traumatis tersebut
hadir dalam wujud panti asuhan dimana dia mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan.
Menurut
saya, itulah hal-hal yang menarik untuk dibahas dari kedua novel tersebut. Saya
jatuh cinta kepada keduanya karena keduanya membuka sebuah pemikiran baru, a
new way of thinking for me. Sangat menakjubkan! Saya percaya bahwa di dunia
ini, ada keadilan juka kita melihat dari
sudut pandang yang berbeda. Dan saya menjadi lebih percaya akan takdir. Karena ketika
saya melihat ke belakang, me-review jalan yang sudah saya tempuh, saya melihat
link-link atau scenario yang sudah saya tempuh selama ini. Saya sangat bahagia
atas kepercayaan saya terhdap takdir, karena tidak semua orang percaya terhadap
takdir. Saya tidak menyalahkan mereka karena mempunyai pemikiran yang berbeda
dengan saya. Setiap orang punya pengalaman yang berbeda yang membuat mereka
menjadi seperti sekarang. Dan bagi saya, pengalaman saya lah yang membuat saya
percaya akan takdir. Karena takdir telah membimbing saya sampai sekarang ini
melalui kejadian-kejadian yang saya alami sepanjang hidup ini. Saya bahagia
akan keyakinan ini, dan saya tidak butuh orang lain untuk setuju dengan
pendapat saya ini. Keyakinan adalah private affair.
REMBULAN TENGGELAM DI
WAJAHMU
Cukup cerita tentang kedua novel tersebut, sekarang saya
ingin membahas tentang novel ini secara lebih dekat. Saya menyukai ide dan gaya
bercerita sang penulis. Saya menyukai bagaimana beliau menyambungkan setiap
kejadian yang terjadi. Saya sangat menyukai kejutan, dan novel ini menjawab
keinginan saya. Secara keseluruhan, novel ini sangat bagus, dipandang dari
bagaimana penulis mengaduk-aduk perasaan pembaca. Tapi ada satu hal yang
disayangkan, sangat disayangkan, menurut saya (karena pada saat pembaca sampai
pada bagian itu, khususnya saya, merasa kecewa). Hal itu dikarenakan ketika
sang penulis menceritakan bagaimana si tokoh utama bertemu dengan si Gigi
kelinci. Itu sangat mirip dengan salah satu film India yang saya sukai. Walaupun
namanya tere-liye, tapi itu bukan alasan untuk ke India-indianan gitu loh..
kejadian tersebut sangat mengganggu kenikmatan membaca. Bagaimana si tokoh
wanita membelikan balon untuk anak-anak dirumah sakit, bagaimana si tokoh
laki-laki melukai tangannya dan perempuan membalutnya dengan perban, dan
bagaimana si laki-laki melukai tangan yang satunya dan juga kata-kata yang
diucapkan oleh si wanita. Semuanya sama. Alangkah baiknya kalau sang penulis
membuat cara lain untuk mempertemukan mereka. Saya percaya bahwa sang penulis
adalah seseorang yang kreatif dan tidak ingin karyanya dianggap ecek-ecek atau
pasaran.
KALIMAT FAVORIT DI
REMBUAN TENGGELAM DIWAJAHMU
·
“Tidak ada cara buruk untuk berbuat baik”.
–Rembulan Tenggelam di Wajahmu, oleh
Tere-Liye
·
“Kita bisa menukar banyak hal
menyakitkan yang dilakukan orang lain dengan sesuatu yang lebih hakiki, lebih
abadi. Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari
orang lain itu sementara. Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian
menyakitkan itulah yang abadi”. –Rembulan
Tenggelam di Wajahmu, oleh Tere-Liye
·
“Kau tidak seharusnya menyalahkan
orang-orang atas nasib burukmu. Meskipun itu lazim dilakukan orang-orang banyak”.
–Rembulan Tenggelam di Wajahmu, oleh
Tere-Liye
·
“Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan
langit mengambil berbagai bentuk. Meski tidak semua bentuk itu kita kenali,
tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan
tidak adil?” –Rembulan Tenggelam di
Wajahmu, oleh Tere-Liye
·
“Kita selalu berprasangka buruk. Kita membiarkan
hati yang mengambil alih, menduga-duga … tidak puas menduga-duga, kita
membiarkan hati mulai menyalahkan. Mengutuk semuanya. Kemudian tega sekali,
menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran atas tingkah laku keliru
kita.” –Rembulan Tenggelam di Wajahmu,
oleh Tere-Liye
·
“Tahukah kau, orang-orang yang suka
menyalahkan orang lain atas kejadian buruk yang menimpanya cenderung sepertimu.
Membalas. Ketika kau tidak mampu membalasnya ke orang yang menjadi penyebabnya,
tidak bisa membalasnya ke Tuhan, meka kau membalasnya dalam bentuk lain. Apa salahnya menjadi jahat. Menjadi pembenaran.” –Rembulan Tenggelam di Wajahmu, oleh Tere-Liye
·
“Kau tahu, hampir semua orang pernah
kehilangan sesuatu yang berharga miliknya, amat berharga malah. Dalam ukuran
tertentu, kehilangan yang kau alami mungkin jauh lebih menyakitkan. Tapi kita
tidak sedang membicarakan ukuran relative lebih atau kurang. Semua kehilangan itu menyakitkan.” –Rembulan Tenggelam di Wajahmu, oleh
Tere-Liye
·
”Tentang berbagai bagian yang tidak
terjelaskan, semoga langit berbaik hati memberitahu. Kalaupun tidak, begitulah
kehidupan. Ada yang kita tahu. Ada pula yang tidak kita tahu. Yakinlah, dengan
ketidaktahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja
Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri”. –Rembulan Tenggelam di Wajahmu, oleh Tere-Liye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar