The Wind Sharing

The Wind Sharing
Good time

Kamis, 27 September 2012

Lesson from Japan: Ganbarou!


Aku belum pernah bilang ya, kalo aku suka banget ama Jepang? Sekarang aku confess deh, aku suka BANGET ama Negara yang satu ini! (semoga suatu saat nanti aku punya kesempatan untuk ke sana, aamiin)
            Nah, karena rasa cintaku yang begitu besar ini (ceileh), aku langsung ambil buku “JAPAN Aftershock” yang dikarang oleh Hani Yamashita & Junanto Herdiawan ini begitu aku melihatnya.


            Buku ini tuh bercerita tentang Jepang sebelum dan sesudah tsunami 11 Maret 2011. Saat membaca buku ini tuh rasanya campur aduk, ada terharunya, senengnya, salutnya, dan pasti ada sedihnya. Terharunya tuh waktu tau bagaimana cara pandang rakyat Jepang terhadap musibah ini dan bagaimana mereka mencoba bangkit bersama-sama. Sedihnya, waktu tau kronologi kejadian, salutnya sama preparation mereka dalam menghadapi bencana. Dan senengnya tuh kita dapat banyak pelajaran yang sanga berharga dari Negeri Sakura tersebut. Salah banyaknya (bukan salah satu :P) ini:
  1. Semangat juang rakyat Jepang yang tinggi dan mental mereka yang disiplin dan tahan banting. Di buku ini diceritakan mereka tuh jarang mengeluh dan selalu berusaha untuk menyemangati diri sendiri dan orang-orang disekitar mereka. Mereka selalu berpikiran untuk melakukan yang terbaik dan terbaik lagi. Cara pandang mereka dalam menghadai permasalahan itu sangat menginspirasi saya untuk tidak mudah mengeluh dan segera mencari solusi agar permasalahan tadi tidak menjadi masalah bagi saya.
  2. Solidaritas rakyat Jepang yang patut diacungi jempol. Dalam keadaan kalut setelah bencana, mereka maul oh, tetap antre dalam hal apapun dan tidak ada penyerobotan. Tidak ada penjarahan, tidak ada keluhan saat mereka harus mengalami pemadaman bergilir karena reactor nuklir mereka bermasalah pascagempa. Mereka malah dengan kesadaran dan menjunjung solidaritas melakukan penghematan untuk keperluan bersama. Membeli makanan pun (karena juga krisis makanan pascagempa) secukupnya dengan pemikiran “siapa tahu ada yang lebih membutuhkan” mulia sekali.... aku jadi ingat cerita dosenku waktu dia studi di Jepang, warung atau resto di Jepang itu, kalo makanannya waktu dicicipi oleh chef nya nggak enak, mereka rela kok nggak menjualnya, dan bilang “maaf, restoran kami tutup”. Mereka sangat menghargai konsumen, beda sama yang sering kita liat di tivi, ini dicampur borax lah, itu ada formalin lah, kebanyakan pengawetlah, ini lah itulah, dan herannya TETAP DIJUAL! Kontras…
  3. Kemandirian mereka! Pascabencana, mereka langsung berinisiatif untuk bangkit dan menata kehidupan kambali. Mereka saling membantu loh pemirsa, tidak mengeluh dan berpangku tangan menunggu bantuan pemerintah, apalagi ngember ke media… kaya negara ….
  4. Cara media memandang sebuah bencana. Media memandang bencana tuh gimana ya, ya udah terjadi, ya udah, mau gimana lagi, gak usah berlarut-larut dalam kesedihan, cepat bangkit dan memulai Jepang yang baru! Di Jepang, media dalam menyiarkan berita itu ada etikanya, yang diliput adalah hal-hal yang bersifat menyemangati, seperti gotong-royong antar korban dan relawan, bukan mayat-mayat yang bergelimpangan. Yang diputar dalam liputan itu juga lagu-lagu yang menyemangati, bukan lagu sedih yang membuat kita seperti kehilangan harapan. Dan para korban menggunakan media untuk memberitahu keluarganya kalo dia slamat, supaya mereka tidak cemas, dan memberitahukan dimana mereka bisa menemuinya.
  5. Persiapan bencana. Amazing sekali cara pemerintah dan rakyat Jepang mengantisipasi segala hal buruk yang mungkin terjadi. Sampai hal kecil sekalipun! Salut! Disana anak TK pun sudah harus tahu bahwa Negara mereka sewaktu-waktu bisa saja terjadi gempa, dan dilatih bagaimana menyikapinya, apa yang harus dilkukan, dimana harus berkumpul, apa yang harus dibawa. Dan lagi, setiap orang jepang punya sandal dibawah kasurnya, untuk jaga2 kalo waktu gempa malam hari, ada serpihan-serpihan kaca yang berhamburan, mereka punya sandal bersih yang dapat mereka gunakan.
  6. Pemerintah. Salah satu hal yang saya kagumi adalah ketika pimpinan TEPCO (reactor nuklir yang bocor), melakukan kunjungan ke para korban di pengungsian. Dia membungkuk dan duduk dihadapan para korban, mendengar segala keluhan dan makian (tanpa membalas!), sebelum dia membungkuk dan minta maaf. “saya mengerti. Maafkan saya. Saya berjanji akan memperbaikinya secepat mungkin.” Dan selang beberapa waktu, dia akhirnya mengundurkan diri karena merasa bersalah atas ketidak becusannya yang mengakibatkan nuklit tersebut bocor. Beda sekali ya sama … yang bocor dan udah bertahun-tahun gak jelas juntrungnya kemana.

Pokoknya banyak banget yang bisa kita ambil dari mereka! Salut banget! Mereka tuh menginspirasi saya untuk tidak mudah menyerah dalam keadaan apapun. Ganbarou Nippon! Ganbarou Nipponjin!

Senin, 17 September 2012

The Amazing Independence Day



Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad

Apakah benar hanya manusia sajalah yang hidup di jagat raya ini? Apakah Tuhan tidak menciptakan makhluk lain di luar angkasa sana, di galaksi yang jaraknya berjuta-juta tahun cahaya? Apakah benar UFO itu hanya isapn jempol belaka, yang dikarang orang-orang pencari sensasi? Bagaimana jika mereka benar-benar ada, dan ternyata jauh lebih pintar daripada kita?
                Aku penasaran banget ama jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saat membaca buku ini tuh rasanya nyenengin banget! Soalnya nuntut kita untuk berimajinasi. Yah, memang ada sih filmnya, tapi entah kenap aku lebih suka baca bukunya, wkwkwk…
                Buku setebal 415 halaman ini menceritakan tentang kedatangan makhluk luar angkasa di bumi. Dengan tokoh-tokoh utama: David, Julius, dan Connie Levinson; Jasmine, Dylan, dan Steve Hiller; Russell, Miguel, Alicia, dan Troy; dan keluarga Presiden Whitmore, buku ini sangat menakjubkan! Aku takjub dengan kecanggihan teknologi yang dikisahkan dalam buku ini. Tapi agak ngeri juga, kalo ngebayangin alien datang ke bumi. Manusia yang begitu hebat aja masih kalah dalam kemajuan teknologi alien (kalo mereka benar-benar ada).
 Selama membaca buku ini tuh, aku ngebayangin, gimana ya, klo kejadian di buku ini benar-benar terjadi? Aku mau lari kemana, trus aku ikut andil apa dalam perebutan kemenangan itu… jadi pahlawan cewek yang sangat hebat dan menyelamatkan banyak jiwa yang beraksi dengan cowok-cowok macho yang aksinya keren-keren kan emang cita-cita terpendamku, wkwkwk… aku suka sekali cara authornya mencampur antara cinta, kewajiban, nilai kemanusiaan dengan begitu mengesankan. Pokoknya aku suka banget deh ama buku ini. One of my favorites! =)


à   “salah satu hal yang mengherankan tentang manusia adalah betapa sering dan mudahnya kita mengabaikan keajaiban. Hal-hal paling aneh, gila, dan menakjubkan terjadi di sekitar kita setiap saat tanpa mendapat perhatian.” - Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad
à   “Ia sama sekali tidak takut. Bukan berarti ia nekat berani mati; ia hanya tak bisa membiarkan dirinya ketakutan. Ia tahu ada banyak orang yang membiarkan diri mereka dibuat tak berdaya oleh ribuan perasaan takut yang tak berarti, mereka membiarkan perasaan takut menjadi kebiasaan. Mereka begitu takut mengalami kegagalan atau dipermalukan atau sakit fisik sehingga tak lagi berani ambil risiko, berhenti hidup dengan penuh petualangan.” - Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad
à   “Dengar, semua orang pernah putus harapan. Tapi kadang-kadang kau mesti ingat hal-hal positif yang kau miliki. Dan kau mesti bersyukur.” - Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad
à   “Kita tak akan berlalu dalam diam.” - Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad

My Favorite Lines/Quotes in The Wizard of Oz, by L. Frank Baum






o   “No matter how dreary and grey our homes are, we people of flesh and blood would rather live there than in any other country, be it ever so beautiful. There is no place like home.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “If you only had brains in your head, you would be as good a man as any of them, and a better man than some of them. Brains are the only things worth having in this world.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “It is such an uncomfortable feeling to know one is a fool.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “I shall ask for brains instead of a heart; for a fool would not know what to do with a heart if he had one.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “I shall take the heart, for brains do not make one happy, and happiness is the best thing in the world.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “Experience is the only thing that brings knowledge, and the longer you are on earth the more experience you are sure to get.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “’I think you are wrong to want a heart. It makes most people unhappy. If you only knew it, you are in luck not to have a heart.’
‘That must be a matter of opinion. For my part, I will bear all the unhappiness without a murmur, if you will give me the heart.’” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

Sabtu, 15 September 2012

Read a Bedtime-Story for My Brother


Read a Bedtime-Story for My Brother

I’ve read ‘The Wizard of Oz by L. Frank Baum’ lately, and I was amazed by the story it carried. I thought “It would be good if I told this story for children!” Therefore, I tried to do that to my brother. His name is Adityas Sulistya Nova Anggoro. He’s 5 years old, and is studying on the first grade of elementary school in my village. He’s a very lovely child.

 Because it was my first time to read a bedtime-story, I felt really really worried and excited at the same time. Worried, because I don’t know how to do it or how I will get it started, and how if it turns out to be boring and his respond do not like what I’ve imagined. And I felt excited, because I want to do it for him, since bedtime-stories are very good for children’s brain development.
I began the story by –you know- “once upon a time, there was …” and as time passed, I thought that it was such an enjoyable activity, because my brother got really excited to hear that story. He remembers the names of the characters, and always asks me this and that. I didn’t tell him the whole story of that book, because I thought that that was too complicated for a five-year-old boy. So, I just told him the main point and the messages it carried. And I tell you, I told this story using Indonesian because his vocabularies of English are still about the name of nouns.
The thing I want to tell you is that reading a bedtime-story is quite fun. Besides has many advantages for children’s brain development, it also helps us to set their mind to value books. And I suggest you to choose stories which are fit the children’s age, because it related to their brain development.
Other thing to consider is the message it carried. You have to choose stories which will bring good message so that children can learn something from those stories. If there’s some parts of the story that are not good or show bad examples of habit, you can throw them away or you can told it to them, but don’t forget to remind them that that was not good. At the end, don’t forget to evaluate the messages or values the stories carried.
Ask them sometimes, whether they understand the story or not, or whether they got the ‘direction’ you give, and at the end of the story, tell them the values of the story, and ask them to give their opinion and we can see their point of view, and if they have problems, they will share it with you, if you can be their comfort place to share anything.
So, this is my reading bedtime-story experience, and my little brother now love to hear my story every night before he’s going to sleep. So, why don’t you create your own reading bedtime-story experience?