The Wind Sharing

The Wind Sharing
Good time

Kamis, 22 November 2012

The Book with No Name (Buku Tanpa Judul) by Anonymous REVIEW





Judul               : The Book with No Name (Buku Tanpa Judul)
Author            : Anonymous
Halaman        : 493
Genre              : Thriller/urban-dark-fantasy
Age                 : 18+
My comment : Awesome/ *****
MY IMPRESSION
WOW!! LUAR BIASA!! Sensasi membaca yang sungguh menakjubkan, menyenangkan, menantang, dan menegangkan! Tidak heran ini menjadi #1 International Bestseller. Aku amat sangat sungguh ingin mengangkat topiku untuk menghargai pengarangnya yang menurutku sungguh hebat.
            Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku membaca tanpa memperdulikan bahwa aku telah membaca hampir selama 6 jam non-stop dan selama itu pula mataku tak pernah lepas dari buku ini. Sungguh cerdik!
SUMMARY
            Buku ini bercerita tentang perburuan The Eye of The Moon, atau Mata Rembulan -batu yang sangat berharga- di Santa Mondega, kota yang hilang, yang mengalami gerhana matahari total setiap lima tahun sekali. Kota yang mengerikan, karena pembunuhan dan pembantaian adalah hal yang biasa terjadi di kota tersebut. Belum lagi yang hidup disitu bukan hanya manusia, tetapi ada makhluk lain yang lebih menyeramkan.
            Diceritakan bahwa Mata Rembulan mempunyai kekuatan untuk mengendalikan bulan, yang pada saat gerhana matahari, apabila batu itu jatuh ke tangan yang slah, akan mengakibatkan gerhana matahari menjadi permanen. Hal itu akan membuat Santa Mondega akan gelap total selama-lmanya dalam kegelapan yang mencekam dan makhluk-makhluk ‘anti-matahari’ yang mengerikan. Dikisahkan pula bahwa pemegang batu itu akan kebal terhadap apapun sehingga tidak bisa mati.
            Penasaran kan, gmana ceritanya???? Mkanya baca… wkwkwk sekarang kita ke review nya yah…
IN GENERAL
Mari kita mulai dari cara bercerita sang penulis. Dia menggunakan point of view orang ketiga, tapi berbeda-beda tempat dan mungkin bagi yang belum terbiasa akan terasa membingungkan. Tapi bagiku, itu sangat menarik sekali karena dengan begitu kita bisa melihat secara detai apa yang terjadi pada setiap tokoh.
            Selalu ada hal menarik dan mengejutkan dalam tiap chapter. Pada awalnya aku berpihak pada satu orang ini, dan yakin bahwa dia akan jadi hero, ternyata aku salah, ganti ke orang ini, eh salah lagi, ganti lagi, salah lagi, begitulah seterusnya sampai akhir, karena selalu ada kejutan yang membuat kita takjub.
            Buku ini mempunyai cerita yang membuat adrenalin kita terpacu sangat kencang dan aku sarankan nih ya, untuk tidak membacanya jika kalian mempunyai riwayat penyakit jantung, atau ketakutan berlebihan, atau selalu terbayang baying hal yang mengerikan, atau apapunlah yang memungkinkan kalian tidak sanggup menyelesaikannya sampai akhir.
IDENTITAS PENULIS
            Ya, aku tahu ini buku anonym, tapi saya akui rasa penasaran saya terhadap sang penulis. Beliau pintar sekali. *standing applause
Aku hampir dibuatnya takut setengah mati ditengah cerita karena dia mendeskripsikan buku tanpa judul, yang tidak diketahui pengarangnya, dan siapapun yang membaca buku tersebut dalam waktu beberapa hari akan mati. Aku terkesiap. Aku berpikir keras, jangan-jangan buku yang dimaksud adlah buku ini. Kan sama, terlebih, ketika aku telusuri keterangan penerbit yang mencantumkan nama ‘The Bourbon Kid’ alias Bocah Bourbon yang notabene dalah tokoh dalam cerita ini, oh my, aku rasa aku tidak sanggup membaca kelanjutan buku ini. Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, ketakutanku sungguhlah tidak beralasan, dan sangatlah bodoh. Dan aku mulai membacanya lagi… wkwkwk
Dari yang aku ketahui, pengarang ini pastilah pengamat film. Karena bukan hanya sekali dia menceritakan atau menyebutkan tokokh dari sederet film (Star Wars misalnya), actor, bahkan kredibilitas sutradaranya. Jadi satu hal yang saya yakini dari Mr. Anonim, dia adalah pecinta film, dan saya yakin, dia punya rasa humor (disamping kejam) karena dalam buku ini, ditengah suasana genting gerhana matahari, dia malah memakaikan kostum-kostum kocak dari tokoh-tokoh film untuk para penduduk Santa Mondega. Saya piker itu lucu, dan yah, seperti yang dosen Prose saya selalu katakana, itu adalah Binary Opposition-nya dari serita ini.
THE BIG HOLE
            Nah, seperti biasanya juga, setiap cerita pasti punya lubang besar yang luput dari perhatian penulis. Walaupun saya akui ini buku yang hebat, tapi tetap saja saya agak bingung, kenapa si Bocah Bourbon ini terobsesi untuk membunuh orang lain? Dan ini juga tidak dijelaskan mengapa dia membunuh banyak orang yang tidak bersalah, missal dia ingin membunuh vampire, kenapa dia membunuh polisi-polisi yang saat itu sedang memeriksa kematian the Mystic Lady? Agak membingungkan, atau hanya saya yang bingung atau kurang paham, dan ada hal yang luput dari perhatian saya sehingga saya tidak memahami keseluruhan cerita dan ‘hal-hal yang tersembunyi’? jika iya, saya akan berterimakasih sekali jika ada orang yang mau berbagi cerita atau bertukar pikiran tentang buku ini.
Naaah, cobalah membaca dan katakana padaku apa pendapat kalian!
            Oh ya, satu lagi, walaupun aku akan merasa takut jika hal ini benar-benar terjadi di buku, aku tetap ingin klimaksnya lebih menegangkan (walaupun yang ini sudah amat sangat menguji nyali). Aku penasaran apa yang akan terjadi saat batu itu jatuh di tangan yang salah pada saat gerhana matahari total. Dan juga, aku ingin membaca kelanjutan buku ini (mungkin, kalau ada) karena masih banyak hal yang belum terungkap dan membuat aku setengah mati penasaran.
Mr. Anonym, can you hear me? 

Incest, by I Wayan Artika REVIEW






IN GENERAL
Cerita ini adalah cerita tentang realita yang dikemas dalam adat dan pertumbuhan jaman di Bali dalam 264 halaman. Fokus cerita ini adalah tentang adat kembar buncing (anak kembar laki-laki dan perempuan). Awalnya aku nggak tau apa arti ‘buncing’, tapi setelah membaca jadi tau deh.. hohoo

Konon, kalo ada anak kembar buncing, orang tua si anak tersebut harus mematuhi serangkaian upacara adat atau peraturan gitu, trus bayinya harus dipisahkan sehingga mereka tidak saling kenal, karena pada akhirnya nanti mereka akan dinikahkan.

MY EXPERIENCE
Agak bingung juga waktu membaca buku ini, karena bahasa penulisannya yang susah, dengan kata-kata yang sophisticated, bagi aku yang bahasa Indonesianya standar, haha. Dan juga, aku kadang tidak mengerti tentang istilah-istilh adat, ataupun bagaimana rasanya hidup diatur oleh serangkaian adat, karena bagaimanapun, aku tinggal di Jawa yang menurut aku less strict kalo dibandingkan dengan adat di cerita ini, aku juga tidak tahu menahu tentang adat Bali walaupun sudah pernah ke sana.

Aku, atau saya lebih tepatnya, hanya ingin berkomentar bahwa buku-buku seperti ini adalah buku-buku yang bagi saya menarik. Kenapa? Karena ini berbicara tentang adat! Apalagi di Indonesia! Beeuuuhhhhh, aku pengen banget koleksi buku-buku kaya gini dari Sabang sampe Merauke! Serius. Seperti yang aku bilang, aku tertarik banget ama yang namanya culture atau kebudayaan. Aku ingin mengenal lebih dekat culture-culture yang ada di bumi ini. Khususnya di Indonesia, karena sayangnya, jarang diekspos, jadi anak-anak muda semacam aku ini tidak tahu menahu tentang budaya sendiri.. TT pooor mee…

MY COMMENTS AND SUGGESTION
Jika saya boleh berkomentar, ide dari cerita dalam buku ini sebenarnya bagus, tetapi alur penyampaian cerita atau gaya penulisannya agak sulit dimengerti, bertele-tele, dan mmmmm apa yaaa,, kurang tepat. Ada sesuatu yang kurang: tidak ada hal yang ‘mengikat’ pembaca untuk terus membaca sampai akhir, kecuali tentang akhir dari sepasang buncing. Dan juga ada bagian-bagian yang membosankan sehingga saya men-skip seperti tulis menulis email.

Pengarang hanya menyampaikan apa yang terjadi, tidak menggali lebih dalam dari sisi emosional. Akan lebih baik dan menjadi lebih berkesan apabila pengarang menggali lebih dalam sisi emosional pembaca atau memperkuat karakter yang ada, sehingga pembaca juga mengetahui bagaimana rasanya hidup dalam masyarakat adat, yang terkadang dianggap kejam. Kalau saja diceritakan dari satu sudut pandang pemain, katakanlah ibu dari si kembar, kita gali bagaimana rasanya menjadi ibu dari sepasang buncing, bagaimana rasanya mematuhi peraturan adat, bagaimana rasanya dihujat oleh orang sekampung, bagaimana rasanga melihat anaknya menikah dengan saudara sendiri. Hal-hal emosional seperti itu menurut saya akan lebih ‘menggigit’. Oh ya, berbicara tentang ibu, kenapa di bagian akhir dari cerita tersebut tidak dibahas lagi tentang orangtua si kembar, naaahh, big hole nya disitu juga. Ada dimana orangtua mereka? Apa yang terjadi dengan mereka? Dimana mereka ketika keduanya menikah? Bagaimana perasaan mereka? Mengapa mereka diam saja ketika anaknya diadili oleh orang sedesa? Apakah mereka sudaah meninggal? Kok gak di mention? Dimana mereka ketika si kembar mulai menjalin cinta? bagaimana reaksi mereka? Tidakkah mereka menangis? Banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab… membuat pembaca kurang puas..

Sehubungan dengan kata-kata yang membingungkan dan sulit dimengerti, atau terlalu tinggi, mungkin ada hubungannya dengan latar belakang pendidikan penulis, yang sudah tinggi. Hal ini membuat alur cerita sulit dimengerti, dan dalam percakapan dan pengandai-andaian pun rasanya ‘aneh’. Sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, sehingga memuaskan pembaca..

·         “aku kira banyak hal yang sebenarnya tidak kita pahami. Banyak tempat yang belum kita kunjungi. Banyak jarak yang masih belum kita capai. Tetapi karena kita egois, kita kira betapa supernya kita. Merasa tahu apa saja dan kita selalu berjuang untuk menunjukkan kebohongan sehingga kita tampak mengerti bukan?”
·         “betapa di dalam masyarakat disiplin ilmu yang kaku tidak diperlukan. Disini, setiap sarjana mulai belajar lagi, untuk mengerti dan bekerjasama dengan realitas. Bukan sebaliknya, secara eksklusif justru menolak realitas atau menjauhinya, berjarak, dan bahkan mengecamnya.”
·         “betapa cinta, sekalipun cinta terlarang, sangat layak diperjuangkan.”

Rabu, 24 Oktober 2012

Minum Teh Bersama Kartini oleh Suryatini N. Ganie REVIEW


KUMPULAN CERITA
MINUM TEH BERSAMA KARTINI
Oleh Suryatini N. Ganie

Mianhae, akhir-akhir ini jarang posting… karena lagi sibuk-sibuknya kuliah nih, banyak deadline, hohoho, nah sekarang saya punya reading experience yang berbeda dari sebelumnya nih, judul bukunya Minum Teh Bersama Kartini.



Dari judulnya, ekspektasi saya adalah cerita-cerita di dalam buku ini berhubungan dengan Kartini atau paling tidak kisah-kisah emansipasi wanita lainnya. Tapi saya salah besar! Cerita-cerita di dalam buku ini adalah cerita misteri. Banyak kejadian-kejadian yang misterius yang terjadi di dalam buku ini. Dan yang paling aku suka, cerita tersebut diceritakan dengan latar belakang Negara yang berbeda! Menarik sekali!

Pas ngebaca buku ini tuh , aku berpikir, ‘kok penulisnya bisa tau begitu banyak Negara ya?’ aku penasaran banget. Dan dihalaman terakhir aku mendapatkan jawabannya! Di halaman terakhir tuh ada biografi singkat sang pengarang, ibu Suryatini. Beliau menguasai 10 bahasa! Dan sudah tinggal di Eropa dan menjelajahi Negara lainnya. Aku jadi semakin kagum dan respect sama beliau.

Gimana ya rasanya menguasai 10 bahasa….. mmmm pengen banget tuh… buku ini memuat 20 cerita yang aku jamin menarik! Soalnya punya ending yang tidak terduga, dan ceritanya tuh unik, lain daripada yang lain.

Daftarnya:
  1. Minum Teh bersama Kartini
  2. Tuan Tanah dari Yunnan
  3. Bantal Hijau Zaitun
  4. Tsunami
  5. El Sombrero
  6. Hiroko dari Kamakura
  7. Mawar Merah untuk Pasien
  8. Kunci Kepala Kerbau
  9. Segelas Anggur Merah
  10. Cerita Teko Tua
  11. Pesona di Lampu Merah
  12. Saudagar Batik
  13. Kopi dari Istanbul
  14. Celemek Hijau Biru
  15. Makan Malam di Nirwana
  16. Perjumpaan di Arc de Triomphe
  17. Pohon Pisang dari Kalimantan
  18. Beri Aku Secuil Roti Saja
  19. Separuh Harumanis
  20. Sirtaki di Piraeus

Semuanya tuh penuh misteri dan teka-teki yang membuat pembaca penasaran pengen tau endingnya… dan gaya berceritanya pun menyenangkan, tidak membosankan. Pokoknya, sayang deh kalo melewatkan buku yang satu ini!

Senin, 01 Oktober 2012

Lesson from JAPAN AFTERSHOCK


masih ada kaitannya sih sama post yang sebelumnya... hohoo,, semoga jadi inspirasi juga ya buat kalian... :)

 V        “Hidup ini memang harus berjuang. Sesusah apapun kondisi kita, kita harus berjuang untuk melakukan hal yang terbaik. Jangan pernah putus asa. Kita boleh kehilangan segalanya, tapi tidak boleh kehilangan semangat dan harapan, mengerti?” –JAPAN Aftershock, by Hani Yamashita & Junanto Herdiawan
v     “Sesusah apapun kondisi kita, jangan pernah panic. Yakinkan dirimu bahwa kamu mampu mengatasi keadaan yang terburuk sekalipun. Jangan ambil keputusan dikala kamu sedang bimbang. Ambil keputusan saat dirimu sudah tenang dan gunakan akal sehatmu. Sekali ambil keputusan, itu berarti kamu juga sudah siap dengan segala risikonya.” –JAPAN Aftershock, by Hani Yamashita & Junanto Herdiawan
v     “kita harus mempersiapkan segala sesuatu untuk kondisi terburuk sekalipun. Ibarat orang maju perang tentu perlu perlengkapan dan persenjataan. Kalau hanya modal badan, ini namanya nekat tanpa perhitungan.” –JAPAN Aftershock, by Hani Yamashita & Junanto Herdiawan
v     “semakin mendapat tekanan masalah, justru semakin bertahan dan berusaha keluar dari permasalahan.” –JAPAN Aftershock, by Hani Yamashita & Junanto Herdiawan
v     “malang tentu tak dapat ditolak, tapi bagaimana kita menyikapi bencana adalah hal yang berbeda.” –JAPAN Aftershock, by Hani Yamashita & Junanto Herdiawan


v     “Mou ikkai gambarimasu. kore kara mata hajimarimasu” = sekali lagi berjuang sekuat tenaga. Mulai saat ini, kembali menata kehidupan.
v     Yorokobu= kebahagiaan
v     Atsumaru= bersatu
v     “Watashi ni nanika dekiru koto?” = apa yang bisa aku lakukan?
v     “Doumo arigatou gozaimasu”= terima kasih banyak.
v     “shogainai naa…”= apa boleh buat.
v     “ganbatte kudasai, taihen dakedo, isshoni ganbarimasho” = ayo berjuang lagi, saya paham ini tidak mudah, mari berjuang dan melakukan yang terbaik bersama-sama.
v     Itterasshai= selamat jalan
v     Ittekimasu= saya berangkat
v     Tadaima= aku pulang
v     Okaeri= selamat kembali ke rumah
v     “zettai makenaide!”= jangan menyerah kalah!
v     Subarashii= luar biasa
v     “(kokoro) wa dare ni mo mienai keredo, (kokoro) tsukai wa mieru.”= di dalam hati tak seorangpun bisa melihat, tetapi tindakan berdasarkan hati dan tenggang rasa akan terlihat.
v     “(omoi) wa mienai keredo, (omoiyari) wa dare ni demo mieru”= di dalam pikiran atau rasa dapat tidak terlihat, tetapi pikiran yang diwujudkan bisa terlihat oleh siapapun.
v     Oishikatta= enak sekali
v     Ganbarou shika nai= hanya bisa dengan berjuang
v     Ganbatte kudasai= berusahalah
v     Ganbarimashoo= mari berusaha
v     Akiramenaide= jangan putus asa
v     Maemuki= menatap ke depan
v     Hayaku oide= cepatlah kemari
v     Isshoni asobou yo= ayo, bermain bersama

Kamis, 27 September 2012

Lesson from Japan: Ganbarou!


Aku belum pernah bilang ya, kalo aku suka banget ama Jepang? Sekarang aku confess deh, aku suka BANGET ama Negara yang satu ini! (semoga suatu saat nanti aku punya kesempatan untuk ke sana, aamiin)
            Nah, karena rasa cintaku yang begitu besar ini (ceileh), aku langsung ambil buku “JAPAN Aftershock” yang dikarang oleh Hani Yamashita & Junanto Herdiawan ini begitu aku melihatnya.


            Buku ini tuh bercerita tentang Jepang sebelum dan sesudah tsunami 11 Maret 2011. Saat membaca buku ini tuh rasanya campur aduk, ada terharunya, senengnya, salutnya, dan pasti ada sedihnya. Terharunya tuh waktu tau bagaimana cara pandang rakyat Jepang terhadap musibah ini dan bagaimana mereka mencoba bangkit bersama-sama. Sedihnya, waktu tau kronologi kejadian, salutnya sama preparation mereka dalam menghadapi bencana. Dan senengnya tuh kita dapat banyak pelajaran yang sanga berharga dari Negeri Sakura tersebut. Salah banyaknya (bukan salah satu :P) ini:
  1. Semangat juang rakyat Jepang yang tinggi dan mental mereka yang disiplin dan tahan banting. Di buku ini diceritakan mereka tuh jarang mengeluh dan selalu berusaha untuk menyemangati diri sendiri dan orang-orang disekitar mereka. Mereka selalu berpikiran untuk melakukan yang terbaik dan terbaik lagi. Cara pandang mereka dalam menghadai permasalahan itu sangat menginspirasi saya untuk tidak mudah mengeluh dan segera mencari solusi agar permasalahan tadi tidak menjadi masalah bagi saya.
  2. Solidaritas rakyat Jepang yang patut diacungi jempol. Dalam keadaan kalut setelah bencana, mereka maul oh, tetap antre dalam hal apapun dan tidak ada penyerobotan. Tidak ada penjarahan, tidak ada keluhan saat mereka harus mengalami pemadaman bergilir karena reactor nuklir mereka bermasalah pascagempa. Mereka malah dengan kesadaran dan menjunjung solidaritas melakukan penghematan untuk keperluan bersama. Membeli makanan pun (karena juga krisis makanan pascagempa) secukupnya dengan pemikiran “siapa tahu ada yang lebih membutuhkan” mulia sekali.... aku jadi ingat cerita dosenku waktu dia studi di Jepang, warung atau resto di Jepang itu, kalo makanannya waktu dicicipi oleh chef nya nggak enak, mereka rela kok nggak menjualnya, dan bilang “maaf, restoran kami tutup”. Mereka sangat menghargai konsumen, beda sama yang sering kita liat di tivi, ini dicampur borax lah, itu ada formalin lah, kebanyakan pengawetlah, ini lah itulah, dan herannya TETAP DIJUAL! Kontras…
  3. Kemandirian mereka! Pascabencana, mereka langsung berinisiatif untuk bangkit dan menata kehidupan kambali. Mereka saling membantu loh pemirsa, tidak mengeluh dan berpangku tangan menunggu bantuan pemerintah, apalagi ngember ke media… kaya negara ….
  4. Cara media memandang sebuah bencana. Media memandang bencana tuh gimana ya, ya udah terjadi, ya udah, mau gimana lagi, gak usah berlarut-larut dalam kesedihan, cepat bangkit dan memulai Jepang yang baru! Di Jepang, media dalam menyiarkan berita itu ada etikanya, yang diliput adalah hal-hal yang bersifat menyemangati, seperti gotong-royong antar korban dan relawan, bukan mayat-mayat yang bergelimpangan. Yang diputar dalam liputan itu juga lagu-lagu yang menyemangati, bukan lagu sedih yang membuat kita seperti kehilangan harapan. Dan para korban menggunakan media untuk memberitahu keluarganya kalo dia slamat, supaya mereka tidak cemas, dan memberitahukan dimana mereka bisa menemuinya.
  5. Persiapan bencana. Amazing sekali cara pemerintah dan rakyat Jepang mengantisipasi segala hal buruk yang mungkin terjadi. Sampai hal kecil sekalipun! Salut! Disana anak TK pun sudah harus tahu bahwa Negara mereka sewaktu-waktu bisa saja terjadi gempa, dan dilatih bagaimana menyikapinya, apa yang harus dilkukan, dimana harus berkumpul, apa yang harus dibawa. Dan lagi, setiap orang jepang punya sandal dibawah kasurnya, untuk jaga2 kalo waktu gempa malam hari, ada serpihan-serpihan kaca yang berhamburan, mereka punya sandal bersih yang dapat mereka gunakan.
  6. Pemerintah. Salah satu hal yang saya kagumi adalah ketika pimpinan TEPCO (reactor nuklir yang bocor), melakukan kunjungan ke para korban di pengungsian. Dia membungkuk dan duduk dihadapan para korban, mendengar segala keluhan dan makian (tanpa membalas!), sebelum dia membungkuk dan minta maaf. “saya mengerti. Maafkan saya. Saya berjanji akan memperbaikinya secepat mungkin.” Dan selang beberapa waktu, dia akhirnya mengundurkan diri karena merasa bersalah atas ketidak becusannya yang mengakibatkan nuklit tersebut bocor. Beda sekali ya sama … yang bocor dan udah bertahun-tahun gak jelas juntrungnya kemana.

Pokoknya banyak banget yang bisa kita ambil dari mereka! Salut banget! Mereka tuh menginspirasi saya untuk tidak mudah menyerah dalam keadaan apapun. Ganbarou Nippon! Ganbarou Nipponjin!

Senin, 17 September 2012

The Amazing Independence Day



Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad

Apakah benar hanya manusia sajalah yang hidup di jagat raya ini? Apakah Tuhan tidak menciptakan makhluk lain di luar angkasa sana, di galaksi yang jaraknya berjuta-juta tahun cahaya? Apakah benar UFO itu hanya isapn jempol belaka, yang dikarang orang-orang pencari sensasi? Bagaimana jika mereka benar-benar ada, dan ternyata jauh lebih pintar daripada kita?
                Aku penasaran banget ama jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saat membaca buku ini tuh rasanya nyenengin banget! Soalnya nuntut kita untuk berimajinasi. Yah, memang ada sih filmnya, tapi entah kenap aku lebih suka baca bukunya, wkwkwk…
                Buku setebal 415 halaman ini menceritakan tentang kedatangan makhluk luar angkasa di bumi. Dengan tokoh-tokoh utama: David, Julius, dan Connie Levinson; Jasmine, Dylan, dan Steve Hiller; Russell, Miguel, Alicia, dan Troy; dan keluarga Presiden Whitmore, buku ini sangat menakjubkan! Aku takjub dengan kecanggihan teknologi yang dikisahkan dalam buku ini. Tapi agak ngeri juga, kalo ngebayangin alien datang ke bumi. Manusia yang begitu hebat aja masih kalah dalam kemajuan teknologi alien (kalo mereka benar-benar ada).
 Selama membaca buku ini tuh, aku ngebayangin, gimana ya, klo kejadian di buku ini benar-benar terjadi? Aku mau lari kemana, trus aku ikut andil apa dalam perebutan kemenangan itu… jadi pahlawan cewek yang sangat hebat dan menyelamatkan banyak jiwa yang beraksi dengan cowok-cowok macho yang aksinya keren-keren kan emang cita-cita terpendamku, wkwkwk… aku suka sekali cara authornya mencampur antara cinta, kewajiban, nilai kemanusiaan dengan begitu mengesankan. Pokoknya aku suka banget deh ama buku ini. One of my favorites! =)


à   “salah satu hal yang mengherankan tentang manusia adalah betapa sering dan mudahnya kita mengabaikan keajaiban. Hal-hal paling aneh, gila, dan menakjubkan terjadi di sekitar kita setiap saat tanpa mendapat perhatian.” - Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad
à   “Ia sama sekali tidak takut. Bukan berarti ia nekat berani mati; ia hanya tak bisa membiarkan dirinya ketakutan. Ia tahu ada banyak orang yang membiarkan diri mereka dibuat tak berdaya oleh ribuan perasaan takut yang tak berarti, mereka membiarkan perasaan takut menjadi kebiasaan. Mereka begitu takut mengalami kegagalan atau dipermalukan atau sakit fisik sehingga tak lagi berani ambil risiko, berhenti hidup dengan penuh petualangan.” - Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad
à   “Dengar, semua orang pernah putus harapan. Tapi kadang-kadang kau mesti ingat hal-hal positif yang kau miliki. Dan kau mesti bersyukur.” - Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad
à   “Kita tak akan berlalu dalam diam.” - Independence Day, Hari Kemerdekaan, oleh Dean Devlin & Roland Emmerich dan Stephen Molstad

My Favorite Lines/Quotes in The Wizard of Oz, by L. Frank Baum






o   “No matter how dreary and grey our homes are, we people of flesh and blood would rather live there than in any other country, be it ever so beautiful. There is no place like home.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “If you only had brains in your head, you would be as good a man as any of them, and a better man than some of them. Brains are the only things worth having in this world.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “It is such an uncomfortable feeling to know one is a fool.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “I shall ask for brains instead of a heart; for a fool would not know what to do with a heart if he had one.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “I shall take the heart, for brains do not make one happy, and happiness is the best thing in the world.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “Experience is the only thing that brings knowledge, and the longer you are on earth the more experience you are sure to get.” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

o   “’I think you are wrong to want a heart. It makes most people unhappy. If you only knew it, you are in luck not to have a heart.’
‘That must be a matter of opinion. For my part, I will bear all the unhappiness without a murmur, if you will give me the heart.’” –The Wizard of Oz, by L. Frank Baum

Sabtu, 15 September 2012

Read a Bedtime-Story for My Brother


Read a Bedtime-Story for My Brother

I’ve read ‘The Wizard of Oz by L. Frank Baum’ lately, and I was amazed by the story it carried. I thought “It would be good if I told this story for children!” Therefore, I tried to do that to my brother. His name is Adityas Sulistya Nova Anggoro. He’s 5 years old, and is studying on the first grade of elementary school in my village. He’s a very lovely child.

 Because it was my first time to read a bedtime-story, I felt really really worried and excited at the same time. Worried, because I don’t know how to do it or how I will get it started, and how if it turns out to be boring and his respond do not like what I’ve imagined. And I felt excited, because I want to do it for him, since bedtime-stories are very good for children’s brain development.
I began the story by –you know- “once upon a time, there was …” and as time passed, I thought that it was such an enjoyable activity, because my brother got really excited to hear that story. He remembers the names of the characters, and always asks me this and that. I didn’t tell him the whole story of that book, because I thought that that was too complicated for a five-year-old boy. So, I just told him the main point and the messages it carried. And I tell you, I told this story using Indonesian because his vocabularies of English are still about the name of nouns.
The thing I want to tell you is that reading a bedtime-story is quite fun. Besides has many advantages for children’s brain development, it also helps us to set their mind to value books. And I suggest you to choose stories which are fit the children’s age, because it related to their brain development.
Other thing to consider is the message it carried. You have to choose stories which will bring good message so that children can learn something from those stories. If there’s some parts of the story that are not good or show bad examples of habit, you can throw them away or you can told it to them, but don’t forget to remind them that that was not good. At the end, don’t forget to evaluate the messages or values the stories carried.
Ask them sometimes, whether they understand the story or not, or whether they got the ‘direction’ you give, and at the end of the story, tell them the values of the story, and ask them to give their opinion and we can see their point of view, and if they have problems, they will share it with you, if you can be their comfort place to share anything.
So, this is my reading bedtime-story experience, and my little brother now love to hear my story every night before he’s going to sleep. So, why don’t you create your own reading bedtime-story experience?

Selasa, 28 Agustus 2012

My Favorite Lines in Shadow in Hawthorn Bay, by Janet Lunn



©            “And what gifts the God gives us, those gifts must we cherish and nurture.” –Shadow in Hawthorn Bay, by Janet Lunn


©            “Twice will you refuse your destiny; twice will you seek it before you embrace it as your own.” –Shadow in Hawthorn Bay, by Janet Lunn


©            “Then she began to curse ‘May all the devils in Scotland be after them, May they be hapless and wan, loveless and glum, shriveled and sour. May dearth southward, dearth northward, dearth eastward and westward be always with them, those spawn of the speckled devil!” –Shadow in Hawthorn Bay, by Janet Lunn

 
©            “Ghosts were ghosts as the living were the living. It hadn’t anything to do with how you felt about them or how you thought God felt about them” –Shadow in Hawthorn Bay, by Janet Lunn


©            “Mind? What’s the good of minding? This is how things turned out. I just got to make the best of them. What good would I do screaming and shouting or throwing myself every which way?” –Shadow in Hawthorn Bay, by Janet Lunn

Shadow In Hawthorn Bay, by Janet Lunn REVIEW








Shadow in Hawthorn Bay, by Janet Lunn

I love its cover! Haha. This 216-page book told us about Mairi Urquhart, a fifteen-year-old girl, who has the gift of ‘second sight’, which led her to come to Upper Canada to meet her cousin, Duncan Cameron. But when she arrived there, she got a surprise which led her to find herself!

This story is interesting because its setting, which took in 1800s, where it would take months to travel from Highlands to Upper Canada, because at that time, people didn’t have modern transportation like nowadays. And to see how they’d dealt with things which are easy for us in these days were such an adventure. From this book, I know how English was being used by people in the other side of the earth, such as:

“Them’s squashes and pumpkins”

“We eats the miserable things all winter”

And some words:
‘et’ means ‘eat’
‘brung’ means ‘brought’
‘git’ means ‘get’
‘mebbe’ means ‘maybe’

Now I know how the ‘World-English’ are being used by people in particular country I particular year and I love it!!