“Sesuatu yang pada awalnya menyenangkan jika terlalu
lama bisa menjelma hal yang menjengkelkan.” –Aku
Mungkin Mencintaimu, oleh Joko Sumantri
“Dan senyum adalah pertanda cinta mungkin muncul.” –Aku Mungkin Mencintaimu, oleh Joko Sumantri
“Cinta palsu malah lebih sering terlihat jauh lebih
romantis dari cinta yang asli, sebuah cinta palsu ala Casanova lebih
menggairahkan dari cinta murni pecinta biasa.” –Aku Mungkin Mencintaimu, oleh Joko Sumantri
”Aku mungkin mencintaimu sampai akhirnya engkau
menikah. Mungkin dengan seseorang. Mungkin dengan aku.” –Aku Mungkin Mencintaimu, oleh Joko Sumantri
“Ya, adakah yang lebih busuk dari menolak tatapan mata
kanak-kanak, sedang ia begitu polos.” –Kutu,
oleh Joni Ariadinata
“Gus, janganlah marah, janganlah sedih, memang semesta
akan selalu seperti itu, sunatullah, Gus tidak usah dipikirkan! Biarkan,
biarkan semua seperti apa adanya!” –Seperti
Adanya, oleh Kholid Mawardi
“Gus, kata Abah, sampeyan akan menemukan kepasrahan
kepada Tuhan melalui benturan-benturan pengetahuan sampeyan sendiri.” –Seperti Adanya, oleh Kholid Mawardi
“’Abah, kenapa orang berbeda dalam mengenal Tuhannya?’
‘Nang, Tuhan menyapa hambaNya melalui dua cara, melalui kalam-Nya dan melalui
alam semesta kreasi-Nya, sapaan inilah yang ditangkap berbeda oleh
hamba-hambaNya karena kedhaifan mereka, biarkan begitu adanya! Bukankah banyak
warna semakin membuat dunia ini lebih bernuansa?’” –Seperti Adanya, oleh Kholid Mawardi
“Karena yang senantiasa terkalahkan tk lain adalah
kemanusiaan dan hati nurani. Sedangkan nafsu dan angkara murka selalu berpihak
pada keangkuhan dan kemenangan.” –Memanjat
Bukit Cahaya, oleh Kuswaidi Syafi’ie
“Bukankah kesedihan itu sesungguhnya adalah
kebahagiaan yang tidak menemukan persemayaman hakiki dalam jiwa kita.” –Memanjat Bukit Cahaya, oleh Kuswaidi
Syafi’ie
“Jika saja diriku ada di simpang jalan, mungkin aku
masih dapat memilih arah. Tapi kita telah jenuh dalam sebuah lingkaran.
Mungkinkah jalan hilang ketemu?” –Jalan
Melingkar, oleh Lala ST Wasilah
“Orang memiliki prestasinya sendiri-sendiri dan
menjadi kewajiban kita untuk mengapresiasi dan menghormati jalan hidup orang
lain.” –Cinta Sang Pecinta, oleh Moh.
Roqib
“Bisakah kita mengenali pasangan jiwa kita yang
sesungguhnya? Apa tanda-tandanya? Jatuh cinta mungkin biasa, tapi menemukan
pasangan sejiwa, sehidup semati? Adakah yang seperti itu?” –Sebuah Cinta dan Tanda Tanya, oleh N. S. A. Lesthia K.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar